Valdy Rijoly, Dosen Ekonomi Unpatti Pertama Yang Kuliah di USA

  • Bagikan
Valdy Rijoly
Valdy Rijoly dosen Fakultas Ekonomi Unpatti, yang sedang menyelesaikan S3 di Amerika Serikat.

Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Banyak dosen Universitas Pattimura berkesempatan studi di luar negeri. Mereka dari beberapa fakultas. Tapi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis baru satu orang. Jacobus Cliff Diky Rijoly, kini menyelesaikan S3-nya di Amerika Serikat.

Pria kelahiran Ambon ini yang biasa disapa Valdy ini sejak 2021 berada di USA untuk menyelesaikan program PhD atau Doctor of Philosophy in Public Policy and Development Economics atau kebijakan public dan pembangunan ekonomi.

Valdy kuliah di Martin School of Public Policy and Administration, the University of Kentucky. Dia kesana setelah memeroleh bea siswa LPDP. Bea siswa ini diterima sejak tahun 2018, setelah melalui banyak tahapan seleksi.

Valdy yang dihubungi AMEKS.FAJAR.CO.ID dari Ambon, mengaku lulus dari Fakultas Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan sejak tahun 2005. Dia kemudian melanjutkan studi S2-nya di Universitas Pajajaran Bandung pada tahun 2012.

Baca:

Tahun 2016 pria kelahiran Ambon, 4 November 1988 ini balik mengabdi ke almamaternya Fakultas Ekonomi Unpatti untuk mengajar dalam status sebagai dosen non ASN. Nanti pada 2018 baru dia lolos dalam seleksi dosen ASN di Fakultas Ekonomi Unpatti.

“Cita-cita saya memang menjadi dosen. Memberikan ilmu yang saya dapat untuk kemajuan pendidikan di Maluku, dan peningkatan kualitas sumberdaya manusianya,” ungkap Valdy kepada AMEKS.FAJAR.CO.ID , Jumat (13/5).

Sebelum menjadi dosen tetap di Fakultas Ekonomi Unpatti, Valdy sudah mendapat tawaran bea siswa ke USA dari LPDP. Dari Maluku ada 27 orang yang mendapatkan bea siswa LPDP. Mereka berasal dari perguruan tinggi, juga ASN di Pemerintahan.

“Dari Unpatti ada beberapa,” kata dia. Untuk mendapatkan bahasa LPDP, penguasaan terhadap bahasa Inggris sangat penting. Setiap pelamar harus punya sertifikat Toefl untuk bisa mendapatkan bea siswa tersebut.

“Kalau S2 sudah juga harus sudah bisa bahasa Inggris. Saya, setelah lulus, sudah punya sertifikat Toefl. Saat dinyatakan lulus LPDP kita dikasi training bahasa Inggris lagi. Karena Toefl lama saya sudah kadaluarsa,” tutur Valdy.

Setelah berada di University of Kentucky, Valdy baru sadar berbedanya metode pengajaran yang diterapkan dengan di Indonesia. Pengetahuan luar biasa, juga pengalaman luar biasa bagi dia.

“Berbeda sekali dengan Indonesia. Disini menekankan pada kreativitas individu. Jadi dosen tidak lagi di depan papan tulis. Lebih pada kemampuan individu. Sebelum masuk kelas, mahasiswa sudah dikasi bahan. Jadi masuk hanya diskusi,” ungkap Valdy.

Bagi pengajar di University of Kentucky, S3 dianggap sudah selesai teori. Kata dia, lebih banyak di ruang kuliah diskusi-diskusi, dan analisa. Dan mempelajari jurnal dan buku-buku. Waktu belajar di ruangan juga sedikit.

Valdy menjadi dosen Fakultas Ekonomi Unpatti yang diberi kesempatan menyelesaikan Phd atau S3 di luar negeri. Bagi dia, ini kesempatan istimewa. Tak akan disia-siakan untuk menimbah ilmu sebanyak-banyaknya.

Pilihan studi kebijakan publik, kata Valdy, juga setelah mendapatkan banyak pertimbangan dari seniornya di kampus Unpatti, juga pimpinan di fakultas. Apalagi Fakultas Ekonomi akan membuka program S3.

Karena itu, Valdy banyak mendapat dukungan dari Pimpinan jurusan dan Fakultas Ekonomi Bisnis, saat mendapat kesempatan menyelesaikan studi S3-nya di Amerika Serikat.

“Kuliah di Amerika bagi saya, untuk memberi sudut pandangan baru. Ada metode baru yang bisa diimplementasi ke Unpatti. Ada banyak hal yang bisa diadopsi di kampus setelah saya kembali. Sehingga bisa memperbaiki akreditas, terutama untuk pasca sarjana,” kata Valdy.

Baca:

Pesan dia kepada dosen baru, maupun anak muda di Maluku, banyak tawaran bea siswa ke luar negeri. Yang harus menjadi perhatian, adalah kompetensi, dan kemampuan bahasa asing.

“Kendala utama kita, adalah belum bisa bahasa asing dengan lancar. Peningkatan kompetensi berbahasa asing harus menjadi prioritas. Bea siswa sangat banyak tersedia, bisa kemana saja baik di Amerika, Eropa, juga di Asia,” pungkas Valdy.

Valdy berharap, dia bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir. Harapannya ada banyak anak Maluku yang mau mengejar pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup.

“Dengan pendidikan, masa depan Maluku akan makin cerah, dan pendidikan di Maluku akan makin baik, jika banyak yang menyelesaikan pendidikan baik di tingkat nasional maupun internasional,” pesan Valdy.(yan)

  • Bagikan