Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Sungai atau Kali Anahoni berubah warna menjadi biru. Fenomena ini sudah terjadi kurang lebih sebulan. Ahli menyebut, perubahan ini terjadi karena penggunaan sianida sudah sangat berlebihan.
Sungai Anahoni melewati daerah tambah emas Gunung Botak, Kabupaten Buru. Di sekitar wilayah itu ramai penambangan, dan pengolahan emas secara ilegal. Para penambangnya menggunakan beberapa macam bahan kimia dari merkuri, hingga sianida.
Penggunaan bahan kimia ini sudah berlangsung lama, sejak ada penemuan emas dalam jumlah banyak di Gunung Botak. Disaat itulah sungai Anahoni mulai tercemari. Ahli dari Unpatti Yustinus Malle, orang yang pertama mengungkap pencemaran di area tambang.
Kini pencemaran itu sudah tak terkendali. Yustinus yang dihubungi terkait berubah warnya air sungai, mengungkapkan sungai biru menandakan penggunaan sianida sangat berlebihan di area tambang.
“Entah di hulu atau tengah. Karena musim hujan, air rendaman sianida itu meluap atau bocor,” kata Yustinus.
Menurut dia, intensitas hujan tinggi, menyebabkan kolam rendaman meluap dan membawa sianida lolos lewat air permukaan atau run off. Bocor dan meluap. Dua kemungkinan itu.
“Sianida itu kemudian bereaksi dengan unsur besi. Karena yang dibilang urat emas itu, zat besinya tinggi. Namanya Pyrite. Reaksi antara Sianida dan ion besi atau Pyrite itu membentuk senyawa yang berwarna biru. Karena ion besi di sekitar tambang itu sangat tinggi,” terang dia.
Sianida, menurut Yustinus, tidak berwarna atau bening. Awalnya, emas itu berasosiasi menjadi urat emas namanya Pyirite atau emas tipuan. Berwarna kuning. Senyawa biasa di dekat emas. Makanya, disebut urat emas dan mereka galih emas mengikuti petunjuk itu.
"Jadi, rupanya rendaman sianida di sekitar sungai Anahoni itu sangat masif sehingga sungaiinya sangat biru itu,"katanya.
Penggunaan sianida yang sudah melebihi ambang batas, kata dia, sangat beracun bagi hewan air. Terutama hewan yang bernafas dengan insang. Dampaknya sangat rusak insangnya. Meski demikian, yang biru itu bukan merkuri. Belum ada laporannya.
“Kalau manusia, tentu ada efeknya, gatal-gatal dan sebagainya kalau mandi atau konsumsi air itu,” pungkas Yustinus.(TAB)