Sajikan Makanan Berbahan Sagu, Pemprov Maluku Pecahkan Rekor MURI

  • Bagikan

Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Pemerintah Provinsi Maluku memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) lewat sajian makanan olahan terbanyak dari bahan sagu. Pemecahan rekor Muri itu digelar di Lapangan Merdeka bertepatan dengan peringatan HUT ke-77 Provinsi Maluku, Sabtu (20/8).

Yusuf Ngadri, Direktur Operasional MURI memaparkan, hari ini kita didalam pameran pangan lokal, disana terdapat 521 jenis masakan olahan dari sagu.
“Ini sungguh luar biasa,” ungkap Yusuf kepada Ameks Online di Lapangan Merdeka, kemarin pagi.

Menurut Yusuf, Sagu merupakan salah satu sumber pangan tradisional yang sudah lama dikonsumsi dan bahkan sudah menjadi filosofis orang Maluku.

“Pangan sagu sangat potensial dan dapat dikembangkan dalam dipersifikasi yang bisa mendukungan ketahanan pangan lokal maupun nasional yang memiki nilai gizi yang tidak kalah dengan sumber pangan yang lain,” tutur dia.

Saat ini, lanjut dia, masyarakat Maluku menkonsumsi sagu bukan lagi sebagai bahan makanan pokok, tapi hanya untuk cemilan semata.

“Hari ini, untuk menggelorakan semangat masyarakat Maluku untuk kembali mengonsumsi sagu sebagai bahan makan pokok. Saya bangga karena ibu-ibu dari peggerak PKK Provinsi Maluku berhasil menampilkan 521 jenis makanan yang bahan utamanya dari sagu,” ucapnya.

Sementara itu, Arif Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional memaparkan, acara rekor MURI sajian makanan olahan terbanyak dari bahan sagu dan gelar pangan lokal merupakan momentum yang luar biasa. Ini sebagai bentuk sinergisitas untuk menyatukan gerak dan langkah dalam rangka mewujudkan pangan kuat Indonesia berdaulat.

“Sektor pangan dan energi mendapat tantangan yang cukup berat, karena adanya pandemi covid-19 sejak tahun 2020 kemudian perubahan iklim dan dinamika global,” jelasnya.

Presiden Jokowi pada sidang kabinet Paripurna, telah menyampaikan dengan sangat clear dan tegas bahwa pemerintah Indonesia harus serius mempersiapkan diri untuk menghadapi beberapa ancaman.

“Pertama adalah krisis pangan krisis energi dan krisis keuangan yang ini juga dihadapi bukan hanya Indonesia tetapi dunia internasional,” katanya.

Secara nilai gizi kandungan energi dalam setiap 100 gram sagu, kata dia, sebesar 350 kalori yang setara dengan kalori tapioka gandum dan beras.

“Kombinasi antara sagu dan ikan yang merupakan komoditas andalan di wilayah Maluku akan menjadi komposisi yang ideal untuk penanganan masalah gizi dan stunting di wilayah ini,” ucap dia.

Ditempat yang sama, Gubernur Maluku Murad Ismail menjelaskan, kondisi global saat ini menunjukkan adanya krisis pangan, yang mengancam kehidupan masyarakat dunia.

Kondisi pangan Maluku terutama beras masih cukup tinggi. Padahal ketersediaan sumber karbohidrat tidak hanya berasal dari beras, namun juga dari sagu.

“Olehnya itu, sehubungan dengan pemecahan rekor MURI ini, ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan. Pertama, pelaksanaan kegiatan ini memiliki nilai yang mampu menyediakan akses pangan yang merupakan sumber karbohidrat bagi masyarakat,” ulasnya.

Kedua, lanjut Murad, aneka sajian pangan lokal dari bahan dasar sagu telah membuka peluang pasar pangan lokal ditingkat domestik maupun antar wilayah.

Selanjutnya, kata Murad, masalah ketahanan pangan adalah masalah kita bersama. Maka dari itu dibutuhkan komitmen kerjasama antar pemerintah, swasta hingga masyarakat termasuk perguruan tinggi.
“Dalam upaya mendorong peningkatan UMKM di Maluku, maka walikota maupun bupati agar bisa membuat perda yang didalamnya mewajibkan pengusaha yang bergerak dibidang perhotelan maupun restor,” demikian Murad.

Kadis Ketahanan Pangan Maluku, Lutfi Rumbia mengatakan pemecahan rekor MURI ini melibatkan kelompok ibu-ibu rumah tangga dan kelompok UMKM.
“Jadi kelompok ibu-ibu bisa membuat masakan lebih dari 10 resep,” jelasnya.

Rumbia mengharapkan, kegiatan ini dapat meningkatkan penganekaragaman dan pemanfaatan pangan lokal.

“Semua pihak termasuk UMKM tetap semangat meneruskan perjuangan agar sagu dapat diterima sebagai bahan pokok bagi seluruh masyarakat di Maluku tetapi daerah lain di Tanah Air,” tutup dia.(CAL)

  • Bagikan