Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Universitas Pattimura Ambon kembali mengukuhkan dua guru besar. Kehadiran dua profesor ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas perguruan tinggi terbesar di Maluku tersebut.
Keduanya adalah, Prof. Dr. Drs. Jusuf Madubun, M.Si, guru besar bidang Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan Prof.Dr. Charlotha Irenny Tupan, S.Pi.M.Si, guru besar bidang Ilmu Sumber Daya Perairan fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, akan dikukuhkan dalam rapat senat luar biasa di auditorium Unpatti, Senin (11/9/2023).
Ketua Senat Unpatti, Prof. Dr. S. E. M. Nirahua, mengatakan, pengukuhan ini, maka total guru besar yang dimiliki oleh Unpatti 89 orang.
"Yang terdiri dari guru besar yang telah meninggal 16, guru besar yang pindah 1 orang, yang pensiun tujuh orang 7 dan yang aktif 58 orang. Dan hari ini, kembali kita kukuhkan dua orang guru besar pada bidang ilmu masing-masing," kata Nirahua kepada Ambon Ekspres, Sabtu (9/9).
Jusuf Madubun dan Charlotha Irenny Tupan akan menyampaikan pidato pengukuhannya yang menyoroti beragam permasalahan.
Jusuf Madubun mengangkat tema "Tata Kelola Pelayanan publik daerah kepulauan, perspektif ekologi administrasi". Menurut mantan dekan FISIP Unpatti ini, salah satu tujuan pemberlakuan desentralisasi pemerintahan adalah untuk meningkatkan pelayanan publik.
Hanya saja penerapan desentralisasi di Indonesia saat ini, belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Kondisi tersebut diasumsikan disebabkan minimal dua hal. Pertama, pemerintah pusat terkesan setengah hati dalam memberlakukan desentralisasi, akibat pengalaman buruk praktik desentralisasi di awal era reformasi berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Kedua, model keseragaman pemberlakuan desentralisasi di seluruh daerah, sejak masa Orde Baru ketika diberlakukan UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, masih dipertahankan sampai saat ini.
Padahal secara realitas daerah-daerah di Indonesia memiliki tingkat keragaman yang tinggi dari berbagai aspek, termasuk dari aspek fisik geografis. Ditinjau dari aspek geografis, kata Jusuf, daerah-daerah di Indonesia memiliki dua karakter, yaitu daerah dengan ciri daratan, dan daerah dengan ciri kepulauan.
Dengan latar fisik geografis kepulauan, warga mengalami kesulitan untuk mendapatkan layanan publik yang optimal.
"Hal ini karena terkonsentrasinya pusat-pusat layanan publik utama di ibukota kabupaten/kota sebagai konsekuensi penyeragaman praktik desentralisasi yang menitikberatkan kewenangan hanya sampai di tingkat kabupaten dan kota, sehingga desain sistem penyelenggaraan pemerintahan tingkat
kecamatan yang ada tidak memadai untuk dibebani tanggung jawab pelayanan publik," katanya.
Sementara itu, Charlotha Irenny mengangkat tema "Ekosistem padang lamun, kondisi, kontribusi bagi lingkungan dan manusia, keterancamannya, serta strategi pengelolaan berkelanjutan" dalam pidato pengukuhannya.
Dijelaskan, lamun atau seagrass merupakan ekosistem yang sangat penting pada perairan khusus pesisir dan laut, serta menjadi salah satu ekosistem yang terpinggirkan.
"Padahal, seagrass ini mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap lingkungannya maupun kepada manusia," jelasnya.
Adapun, kata dia, latar belakang dirinya mengangkat tema ini adalah, padang lamun merupakan ekosistem yang penting bagi produksi perikanan dunia baik organisme invertebrata dan vertebrata. Sumber daya ini menyediakan habitat pemeliharaan (nursery gound) bagi 25 perikanan besar dunia, termasuk di dalamnya sejenis ikan cod (Gadus chalcogrammus).
Ikan ini meningkat pertumbuhan dan kelolosan hidup jika hidup di lingkungan lamun dan secara sengaja memilih habitat ini (Lilley and Unsworth 2014; de los Santos, 2020 ).
Pada tingkat global, perikanan yang berasosiasi dengan lamun mencakup perikanan yang bersifat subsistens, perikanan komersial, dan bersifat rekreasi, menargetkan apa saja yang bisa menjadi sumber makanan dan dijual.
Pada kondisi dimana padang lamun tersebut memberikan kontribusi yang erat bagi masyarakat, biasanya lamun tersebut adalah merupakan habitat perikanan penting bagi suplai makanan masyarakat lokal. (leo)