Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID — Dengan dalih masa pemeliharaan, kontraktor dua ruas jalan di Kecamatan Elpaputih bagian Pegunungan, Kabupaten Seram Bagian Bara (SBB), Bos Uya berusaha menghindari urusan amburadulnya pekerjaan hotmix.
“Masih masa pemeliharaan, dan pengawasan,” kata Bos Uya yang mengerjakan proyek Desa Tala ke Desa Sumieth Pasinaro, dan Desa Sumieth ke Desa Watui, Kecamatan Elpaputih.
Jalan layak, yang bisa dilalui kendaraan bermotor bagi masyarakat di Elpaputih Pegunungan, sangat dinantikan. Mereka selama ini harus berjalan berkilo-kilometer untuk mencapai akses terbuka transportasi umum.
“Kita harus berjalan jauh, belum lagi kita harus berenang melintasi sungai,” kata Edy Latu, warga warga Ahiolo. Ahiolo, adalah satu dari sekian desa di Elpaputih Pegunungan, yang selama Indonesia Merdeka, terisolasi.
Menurut warga, kerusakan jalan yang baru saja di bangun, bukan hanya terjadi saat bencana, atau hujan deras. Datangnya bencana berupa longsor, bikin jalan yang tadinya sudah rusak, tambah rusak.
“Jalan rusak itu sudah dari jalan selesai dibangun. Pekerjanya sudah tidak ada lagi. Nah itu jalan sudah rusak. Sekarang bencana, jalan tambah rusak lagi,” ungkap warga disana.
Tahun 2023, Pemerintah Kabupaten SBB melakukan tender terhadap dua ruas jalan ini pada bulan Mei. Informasi ameks.id, proyek ini harusnya tak hanya dikerjakan Bos Uya, tapi ada kontraktor lain juga.
“Tapi dipaksakan oleh mereka di Dinas PUPR SBB, agar proyek itu dikerjakan dua-duanya oleh Bos Uya. Bos Uya ini kan paling dekat dengan para pejabat di Dinas PUPR itu,” ungkap sumber yang juga di Pemkab SBB.
Benar saja, proyek yang dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui APBN. Proyek dengan nama Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan ke Hotmix dari Desa Tala ke Desa Sumieth Pasinaro, dengan biaya sebesar Rp8,993, 592,000, dikerjakan CV Leaci.
Dan ruas kedua dari Desa Sumieth ke Desa Watui Kecamatan Elpaputih Pegunungan yang juga dibiayai dengan DAK sebesar Rp8,572,642,000, dikerjakan oleh dikerjakan CV Balung Perma.
“Itu perusahaan milik kontraktor lain, yang dipinjam Bos Uya untuk kerjakan dua proyek tersebut. Hasilnya ya seperti sekarang, kualitasnya buruk sama sekali. Saya baru pernah lihat jalan dibangun dengan kualitas seburuk itu,” ungkap sumber ini.
Bos Uya juga berdalih dua paket proyek yang menghabiskan dana Rp17 miliar lebih itu, juga dilakukan pengawasan. Namun dia tidak menyebutkan, pihak mana yang melakukan pengawasan.(yani)