AMBON, AMEKS.FAJAR.CO.ID – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haulussy Ambon terpaksa merujuk sejumlah pasien gagal ginjal ke RSUP dr. Johanes Leimena, Ambon. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan stok cairan cuci darah (dialisis) yang saat ini kosong akibat kendala utang rumah sakit ke pihak ketiga.
Direktur RSUD dr. Haulussy, Novita Nikijuluw, menjelaskan bahwa rumah sakit memiliki 22 unit mesin cuci darah hasil kerja sama operasi (KSO) dengan pihak ketiga. Sesuai kesepakatan, pengadaan cairan cuci darah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak ketiga.
Namun, pihak ketiga menghentikan sementara pengadaan cairan karena rumah sakit belum melunasi sisa utang senilai lebih dari Rp100 juta dari total utang Rp1 miliar yang sudah menumpuk sejak tahun 2022.
"Saya baru menjabat sejak Mei 2024. Dalam enam bulan pertama saya sudah membayar Rp800 juta, lalu menyusul Rp100 juta. Tapi pihak ketiga ingin pelunasan penuh baru mereka lanjutkan pasokan cairan," kata Novita saat dikonfirmasi, Selasa (6/5/2025).
Menurut Novita, kondisi keuangan RSUD Haulussy tidak stabil karena mewarisi utang dari direktur sebelumnya. Hingga kini, dari sekitar 30 perusahaan penyedia jasa dan obat, masih tersisa utang kepada 18 perusahaan, termasuk penyedia mesin dan cairan hemodialisis.
"Utang obat sebelumnya saja sudah kami lunasi hampir Rp8 miliar," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, sebelumnya RSUP dr. Johanes Leimena sempat merujuk pasien gagal ginjal ke RSUD Haulussy karena kekurangan stok cairan. Hal ini membuat persediaan cairan RSUD terkuras cepat karena menampung pasien melebihi kapasitas.
"Untuk pasien yang belum sempat cuci darah, kami akan rujuk ke rumah sakit lain seperti RSUP Leimena," tegas Novita.
Sebagai solusi jangka panjang, RSUD dr. Haulussy akan menerima enam unit mesin cuci darah baru yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Kesehatan pada Juni 2025. Dari 22 unit yang diusulkan, hanya enam disetujui oleh pemerintah pusat.
"Dengan memiliki mesin sendiri, kita bisa bebas menentukan pengadaan cairan dari mana saja, tidak lagi bergantung pada pihak ketiga yang sering kali merugikan dan mengikat," tandas Novita.
Dikutip dari website halodoc.com, dampak dari telat pasien gagal ginjal melakukan cuci darah, adalah:
Pertama, Seseorang yang terlambat melakukan proses cuci darah berdampak pada ginjal yang tidak dapat menyaring darah dengan baik. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan sehingga sebagian tubuh seperti tangan dan kaki mengalami pembengkakan. Tidak hanya itu, terlambat cuci darah bisa menyebabkan sesak napas.
Kedua, Terlambat melakukan proses cuci darah dapat menurunkan fungsi ginjal. Sebaiknya, lakukan proses cuci darah tepat waktu agar fungsi ginjal tidak menurun.
Ketiga, Jika seseorang terlambat melakukan proses cuci darah, fungsi ginjal bisa berhenti sepenuhnya. Selain ginjal akan semakin rusak, sel organ lain juga kemungkinan rusak.
Keempat,Dampak yang paling terlihat adalah menumpuknya racun dalam darah karena semakin banyak limbah dan racun dalam tubuh.(wahab pacina)