Masih Trauma Gempa, Warga Amalatu Pilih Bertahan di Pengungsian Dalam Hutan

  • Bagikan

Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,9 yang mengguncang Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku pada Jumat (4/7/2025) pukul 22.59 WIT, menyisahkan trauma bagi sejumlah warga.

Sebagaimana diketahui, bencana gempa bumi di Kecamatan Amalatu, telah dialami oleh warga setempat sejak pertengahan Juni 2025 lalu. Tenda-tenda darurat pun telah didirikan.

Puncaknya pada Jumat 4 Juli 2025 sekira pukul 22.59 WIT, warga kembali diguncang Gempa dengan kekuatan 4,9 SR, yang membuat masyarakat panik dan mengevakuasi diri ke dataran tinggi.

Dampak dari gempa bumi tersebut, sejumlah bangunan di desa-desa pada Kecamatan Amalatu seperti Rumahkai, Latu, Tomalehu, Hualoy Seriholo dan Tala dikabarkan mengalami kerusakan.

Terlepas dari itu, khususnya di Desa Latu yang mengalami dampak kerusakan paling besar akibat gempa bumi 4,9 itu. Sejumlah warga sejak Jumat malam hingga Sabtu (5/7) masih memilih tidur di hutan dan meninggalkan rumah mereka.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Ambon Ekspres dari Babinsa Latu, Sertu Abdul Mogni Patty di lokasi pengungsian warga, ia menjelaskan bahwa kurang lebih ada 50 KK memilih tidur di tenda.

“Saya sementara ada di TKP (lokasi pengungsian masyarakat latu pasca gempa bumi), dan disini ada sekitar 50 KK memilih tidur di tenda,”ungkap Babinsa Latu melalui telepon selulernya.

Masih melalui sambungan telepon Babinsa, warga Latu yakni Joho di tenda pengungsian mengaku, pihaknya memilih tidur di hutan dan meninggalkan rumahnya karena masih sangat trauma dengan Gempa berkekuatan 4,9.

“Untuk turun lagi kembali ke desa belum lagi, kita masih trauma dengan gempa tadi malam , makanya kita masih di hutan. Makanya kita tunggu sampai aman baru turun,”jelasnya.

Disinggung mengenai adanya bantuan kepada para pengungsi pasca gempa tersebut, ia mengaku, sampai hari ini belum menerima bantuan dari Pemda SBB.

“Belum dapat bantuan. Harapannya kita agar di perhatikan. Kita harap bantuan dari pemerintah, sekarang kita trauma, kita takut makanya memilih tidur di hutan. Di hutan ini yang di butuhkan tenda butuh selimut, kelambu, obat-obatan dan makanan,”terang Joho.

Sementara itu, Sertu Abdul Mogni Patty kembali menjelaskan, pasca gempa, dirinya melakukan peninjauan di hutan Hurunno Negeri Latu (salah satu lokasi pengungsi) kurang lebih ada 90 tenda darurat yang dibangun masyarakat.

“Dari hasil tinjauan ada 60 tenda yang sudah jadi, 30 tenda belum terpasang terpal, satu tenda BNPB, dan satu buah tenda Platon dari Kodim 1513 SBB,”katanya.

Ia menambahkan, pasca gempa Sabtu (5/7) juga, Dandim 1513 letkol INF Rudolf dan anggota melakukan tinjauan ke Hutan hurrono gunung Hitu untuk memberikan bantuan tenda platon, 50 karton air mineral dan 50 karton mie instan kepada pengungsi yang diserahkan kepada Camat Latu secara simbolis.(Enal Patty)

  • Bagikan