Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah wilayah, juga berdampak pada petani di Kecamatan Seram Utara Timur Seti, dan Kobi Kabupaten Maluku Tengah. Akibatnya, puluhan petani di dua kecamatan ini, mengaku sulit untuk mengolah lahan pertanian milik mereka.
Ketua kelompok Tani (Kapoktan) desa Waiputi, Kecamatan Seti, Sugeng Sumarjo, mengaku dampak Kelangkaan BBM, petani jadi kewalahan saat mengolah lahan dan waktu panen.
"Petani di era moderen semua menggunakan alat mulai dari garab lahan dan waktu panen,” ujar sugeng.
Menurut dia, hampir 50 hektar padi yang mengalami kerusakan di desa Waiputih karena terlambat panen akibat kehabisan bahan bakar.
" ya sekitar 50 Hektar padi yang rusak karna terlambat panen, padi yang di biarkan terlalu tua pasti kualitasnya tidak baik dan rusak" jelas sugeng.
Sugeng berharap, kebutuhan petani terhadap bahan bakar subsidi jenis solar untuk mesin traktor, bisa terpenuhi. Karena mesin ini juga dipakai untuk olahan tanaman Hultikutural seperti sayur, cabe. Juga sering di pakai semua petani. Kata dia.
Kapoktan asal desa Waiputih itu, juga menjelaskan jumlah bahan bakar yang di pakai untuk mengeruk satu hektar Lahan, bisa menghabiskan 15-20 liter solar "itupun tergantung tanahnya kalau basah atau lumpur bisa lebih pemakaianya".Jelasnya.
"Sudah langkah mahal pula, bayangkan 15-19 ribu/liter yang biasa di dapat oleh petani,” heran sugeng.
Dia juga khawatirkan, jika kelangkaan bahan bakar ini berkepanjangan, petani bisa berlaih tanaman. Yang tadinya hobinya di tanaman pangan padi, bisa saja beralih ke tanaman Hultikultural, sayur cabe dan lain-lain, karena mudah untuk mengolah tanahnya.
"Ada bebrapa petani di desa ini yang berlaih ke tanaman Hultikultural karena susah mengolah lahan akibat bahan bakar langka,” ujarnya.
Terpisah Solihin Kapoktan Desa Morokay, Kecamatan Kobi juga membenarkan krisis BBM berdampak serius bagi petani dalam ömengolah sawahnya. Seperti Kecamatan Seti dan Kobi alami kesusahan saat panen dan olahan sawah.
"Di Desa Morokay petani yang awalny tanam padi, terpaksa beralih ke tanaman Hultikultural. Ya karena itu dampak dari bahan bakar yang sulit di dapat"terangnya.
Sementara itu Abdul Rasid kepala desa Waiasih, juga mengungkapkan dampak dari kelangkaan BBM ini. Kata dia, banyak petani yang mengeluh saat ini. Di Desanya Waiasih, Petani sedang panen dan kendalanya semua di bahan bakar.
Untuk mendaptkan solar petani, harus cari ke Bula Kabupaten Seram Bagian timur itupun terbatas.
" Ia petani harus ke Bula untuk mendapatkan solar, itu juga belinya terbatas dari SPBU Bula tidak bisa lebih sedangkan kebutuhan petani juga sangat banyak.” Ungkap rasid saat di temui di sawahnya.
Dia juga berharap, agar Pemerintah bisa membantu petani mendapatkan bahan bakar jenis solar yang murah dan terjangkau khusunya untuk petani.
Kelangkaan dan mahalnya bahan bakar ini, kata dia, memengaruh harga beras. "Minyak mahal dan langkah bisa juga pengaruh ke harga beras nantinya" Ujar Rasid.
Menurut dia, petani jangan di korbankan. “Kasian petani mulai dari olah sawah hingga panen banyak anggaran yang keluar. Dan ketika beras tetap murah jelas petani rugi,” tutup Rasid.(DAN).