Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID. - Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik (SOPK), merupakan gangguan hormonal yang paling sering dialami oleh wanita usia reproduksi. Angka kejadiannya, sekitar 10-15 persen (1 di atara 10 wanita menderita PCOS).
Hal Ini terungkap dalam Health Talk bertajuk Bahaya PCOS Pada Kesehatan Wanita, dengan narasumber dr. Irene Leha Sp.OG. Health talk ini digelar Rumah Sakit Siloam Hospitals Ambon, Rabu (23/11/2022).
Sindrom PCOS merupakan kondisi kompleks yang didiagnosis dengan terdapat 2 dari 3 kriteria yakni; Kelebihan Kadar Hormon Androgen Gangguan Ovulasi Gambaran ovarium dengan folikel (rumah sel telur) yang kecil-kecil seperti untaian kalung mutiara pada pemeriksaan usg transvaginal.
"Sehingga perlu anamnesis riwayat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosisnya," kata dr.Irene Leha.
Sedangkan gangguan Endokrin menjadi salah satu gangguan yang diakibatkan oleh sindrom PCOS. Gangguan ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan sel telur tetap kecil dan tidak berkembang menjadi sel telur yang besar dan matang." Sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma yang dapat mengakibatkan gangguan pada proses kehamilan," jelasnya.
Penyebab PCOS hingga saat ini belum diketahui pasti. Teori primer pada kelainan metabolisme menunjukan bahwa kompensasi gangguan fungsi insulin dengan akibat kadar hormon insulin yang berlebihan menjadi penyebab utama dari gambaran sindrom ini.
"Beberapa penyebab lain dari PCOS, adalah karena faktor Genetik dan Lingkungan," sebut Irene Leha.
Pada wanita dengan PCOS, folikel kecil yang berdiameter 4 hingga 9 mm menumpuk di ovarium. Folikel ini tidak dapat berkembang ataupun tumbuh hingga menjadi ukuran normal, dan akan memicu ovulasi.
Akibatnya, kata dr.Irene Leha, kadar estrogen, progesteron, LH dan FSH menjadi tidak seimbang. Androgen dapat meningkat pada wanita yang mengidap PCOS karena tingginya kadar LH dan Insulin yang biasanya terlihat pada pasien.
"Gejala yang umumnya terjadi adalah gangguan siklus haid, gambaran kelebihan hormon androgen seperti pertumbuhan rambut berlebih dan di tempat yang tidak biasanya, jerawatan, kebotakan," Jawab dr. Irene Leha Sp.OG., Rabu (23/11) melalui edukasi Live Instagram Siloam Hospitals Ambon.
PCOS yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang berisiko, antara lain, gangguan pola haid Infertilitas Kanker endometrium Gangguan metabolik (resistensi insulin/DM, hipertensi, dislipidemia), gangguan tidur dan makan, kecemasan berlebihan keguguran, persalinan prematur, dan komplikasi lain seperti hipertensi atau DM dalam kehamilan.
“Diperlukan kesadaran untuk melakukan pencegahan sedini mungkin dengan melakukan pola hidup sehat. Mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rendah gula, berolahraga secara teratur, mengendalikan berat badan dan memeriksakan diri sedini mungkin jika mengalami keluhan perubahan/gangguan pola haid serta gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya," menutup sesinya, dr Irene Leha Sp.OG Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekolog di Siloam Hospital Ambon yang jadwal prakteknya dapat dilihat di aplikasi My Siloam.(ERM)
Para Wanita Harus Tau Ini, Bahaya Mengintai Kesuburan Wanita
Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID. - Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik (SOPK), merupakan gangguan hormonal yang paling sering dialami oleh wanita usia reproduksi. Angka kejadiannya, sekitar 10-15 persen (1 di atara 10 wanita menderita PCOS).
Hal Ini terungkap dalam Health Talk bertajuk Bahaya PCOS Pada Kesehatan Wanita, dengan narasumber dr. Irene Leha Sp.OG. Health talk ini digelar Rumah Sakit Siloam Hospitals Ambon, Rabu (23/11/2022).
Sindrom PCOS merupakan kondisi kompleks yang didiagnosis dengan terdapat 2 dari 3 kriteria yakni; Kelebihan Kadar Hormon Androgen Gangguan Ovulasi Gambaran ovarium dengan folikel (rumah sel telur) yang kecil-kecil seperti untaian kalung mutiara pada pemeriksaan usg transvaginal.
"Sehingga perlu anamnesis riwayat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosisnya," kata dr.Irene Leha.
Sedangkan gangguan Endokrin menjadi salah satu gangguan yang diakibatkan oleh sindrom PCOS. Gangguan ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan sel telur tetap kecil dan tidak berkembang menjadi sel telur yang besar dan matang." Sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma yang dapat mengakibatkan gangguan pada proses kehamilan," jelasnya.
Penyebab PCOS hingga saat ini belum diketahui pasti. Teori primer pada kelainan metabolisme menunjukan bahwa kompensasi gangguan fungsi insulin dengan akibat kadar hormon insulin yang berlebihan menjadi penyebab utama dari gambaran sindrom ini.
"Beberapa penyebab lain dari PCOS, adalah karena faktor Genetik dan Lingkungan," sebut Irene Leha.
Pada wanita dengan PCOS, folikel kecil yang berdiameter 4 hingga 9 mm menumpuk di ovarium. Folikel ini tidak dapat berkembang ataupun tumbuh hingga menjadi ukuran normal, dan akan memicu ovulasi.
Akibatnya, kata dr.Irene Leha, kadar estrogen, progesteron, LH dan FSH menjadi tidak seimbang. Androgen dapat meningkat pada wanita yang mengidap PCOS karena tingginya kadar LH dan Insulin yang biasanya terlihat pada pasien.
"Gejala yang umumnya terjadi adalah gangguan siklus haid, gambaran kelebihan hormon androgen seperti pertumbuhan rambut berlebih dan di tempat yang tidak biasanya, jerawatan, kebotakan," Jawab dr. Irene Leha Sp.OG., Rabu (23/11) melalui edukasi Live Instagram Siloam Hospitals Ambon.
PCOS yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang berisiko, antara lain, gangguan pola haid Infertilitas Kanker endometrium Gangguan metabolik (resistensi insulin/DM, hipertensi, dislipidemia), gangguan tidur dan makan, kecemasan berlebihan keguguran, persalinan prematur, dan komplikasi lain seperti hipertensi atau DM dalam kehamilan.
“Diperlukan kesadaran untuk melakukan pencegahan sedini mungkin dengan melakukan pola hidup sehat. Mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rendah gula, berolahraga secara teratur, mengendalikan berat badan dan memeriksakan diri sedini mungkin jika mengalami keluhan perubahan/gangguan pola haid serta gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya," menutup sesinya, dr Irene Leha Sp.OG Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekolog di Siloam Hospital Ambon yang jadwal prakteknya dapat dilihat di aplikasi My Siloam.(ERM)