Hatusua, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Komunitas Ale Rasa Beta Rasa, perkenalkan Platform Merdeka Mengajar (PMM), kepada belasan guru di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 22 Seram Bagian Barat (SBB).
Kegiatan ini digelar Kamis (1/12). Berbagai fitur dalam PMM, dipelajari dan praktekkan secara langsung oleh para guru. Ini sebagai bentuk persiapan sekolah dalam menyambut Kurikulum Merdeka.
Komunitas Ale Rasa Beta Rasa, merupakan satu komunitas yang sudah terdaftar di PMM, menggagas pengenalan PMM melalui kegiatan Workshop sehari. Kegiatan ini mendapat antusias dari pihak sekolah, khususnya para guru yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Sekadar tahu, Platform Merdeka Mengajar, adalah platform teknologi yang disediakan untuk menjadi teman penggerak guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.
Platform Merdeka Mengajar, dibangun untuk menunjang penerapan Kurikulum Merdeka agar dapat membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
Platform Merdeka Mengajar, diluncurkan Kemendikbudristek pada Merdeka Belajar episode kelima belas. Para guru antusias ikuti kegiatan tersebut. Berbagai fitur dalam platform tersebut, seperti Asesmen Murid dan Bukti Karya secara langsung dipelajari dan dipraktikkan.
Untuk menunjang efektifitas kegiatan workshop, pihak sekolah menyiapkan sejumlah fasilitas penunjang diantaranya ruang laboratorium komputer, dan 20 unit komputer.
SMA Negeri 22 Seram Bagian Barat sendiri adalah salah satu sekolah di Desa Hatusua, Kecamatan Kairatu, Kabupaten SBB, Provinsi Maluku. Sekolah ini baru didirikan 9 tahun lalu tepatnya 10 Juni 2013.
Sekolah ini sekarang memiliki 172 siswa dan 29 guru dengan persentase 69 persen ASN (PNS dan PPPK), serta 31 persen tenaga honorer.
Walau masih terkendala tenaga guru dan fasilitas IT, namun sejauh ini tak menyurutkan niat para guru untuk mengembangkan kemampuan mereka, salah satunya lewat PMM.
Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut, Ketua Komunitas Ale Rasa Beta Rasa, Wilter Rumahpasal, yang juga adalah guru di SMAN 22 SBB.
Wilter Rumahpasal dalam paparannya mengatakan, kegiatan ini, merupakan aksi nyata berbagi di kalangan guru.
“Tujuan kegiatan ini agar guru terkhusus guru SMA Negeri 22 Seram Bagian Barat dapat mengetahui, memahami dan mampu mengeksplore fitur-fitur dalam platform tersebut,” ujarnya di sela-sela kegiatan tersebut.
Harapan dari kegiatan ini, lanjut dia, para guru lebih memahami Kurikulum Merdeka melalui fitur pelatihan mandiri. Serta dapat mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa melalui fitur asesmen dalam PMM.
Wakil Kepala sekolah Kurikulum, Yessi V. Lokollo, S.Pd yang juga terlibat dalam kegiatan workshop menuturkan, dengan bergabungnya Komunitas Ale Rasa Beta Rasa, sangat membantu para guru memeroleh materi maupun informasi terkait Kurikulum Merdeka.
Walaupun SMA Negeri 22 SBB belum masuk sebagai sekolah penggerak dan menerapkan Kurikulum Merdeka, namun sudah 2 orang guru mendapatkan legalitas sebagai guru penggerak. Dan ada 1 guru lagi sementara mengikuti pendidikan sebagai guru penggerak.
“Walaupun sekolah kami belum menerapkan Kurikulum Merdeka, tetapi kami sudah mempersiapkan diri sedini mungkin agar ketika kurikulum ini serempak diterapkan, kami sudah tahu dan siap,” tandasnya. (Marlen Tanamal/PRO)