95 Penderita Kusta di Ambon Masih Jalani Perawatan

  • Bagikan
Wendy Pelupessy
Kadis Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy.

Ambon,AMEKS.FAJAR.CO.ID Fajar.co.id.- Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, hingga kini masih terus berupaya untuk melakukan pencegahan terhadap penyebaran penyakit kusta di Kota Ambon.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy mengatakan, penyebaran penyakit kusta di Kota Ambon, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan.


"Sesuai data yang ada di kami (Dinas Kesehatan-red), penderita kusta di tahun 2021 itu sebanyak 80 orang, dan di tahun 2022 naik menjadi 78 orang, sedangkan didalam bulan Januari 2023, ada sebanyak 95 orang yang sampai saat ini masih dalam perawatan dan dibawa pengawasan kami,"kata dia, kepada media ini kemarin.

Menurutnya, penderita penyakit kusta itu tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kota Ambon.


"Sirimau, Baguala, Teluk Ambon, dan Nusaniwe. Yang pasti ada di kecamatan-kecamatan itu. Kami masih terus melakukan identifikasi dan pengawasan terhadap warga yang diduga sebagai penderita kusta,"jelasnya.

Dikatakan, upaya pencegahan juga terus dilakukan dengan melakukan berbagai sosialisasi dengan melibatkan seluruh Puskesmas dan kader yang ada di masyarakat.


"Sosialisasi masih terus kita lakukan, sebab di bulan Maret nanti ada tim khusus penanganan kusta dari Kementerian Kesehatan RI, datang ke Kota Ambon, untuk melihat dan menilai langsung upaya-upaya pencegahan dan penanganan kusta yang sementara kami lakukan saat ini,"ungkapnya.

Mantan Kepala Puskesmas Waihaong ini mengaku, Kementerian Kesehatan RI, telah memerintahkan seluruh jajaran termasuk Dinas Kesehatan Kota Ambon, untuk di Tahun 2030 nanti Indonesia, khususnya Kota Ambon, sudah bebas dari penderita penyakit menular itu.


"Eliminasi kusta diharapkan tahun 2030 juga sehingga betul-betul kusta itu hilang. Kita lagi sosialisasi tentang stikmanisasi karena orang malas untuk periksa dan berobat karena dia sudah dapat stikma negatif dari masyarakat ketika dia dinyatakan positif menderita kusta,"paparnya.

Pelupessy mengaku, pekerjaan berat yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kota Ambon saat ini yakni menyakitkan masyarakat untuk tidak memberikan stikma negatif kepada penderita kusta.


"Kemudian kita lebih utamakan pendeteksian dini sehingga kita bisa obati agar penderita ini tidak sampai cacat. Kan stikma negatif itu hilang dulu, agar penderita calon penderita kusta ini bisa membuka diri untuk dilakukan pengobatan sebagai bentuk pencegahan itu,"terangnya.

Ditambahkan, penyakit kusta dapat disembuhkan dengan terapi sejumlah obat selama 6 hingga 12 bulan.


"Pengobatan dengan jangka waktu tersebut sebagai langkah penanganan dini akan menghindarkan dari kecacatan,"tandasnya.

Sekedartahu, penyakit kusta merupakan salah satu penyakit tertua di dunia, dan sampai saat ini masih kita jumpai di Indonesia. Perlu diketahui bahwa penyakit kusta bukan penyakit kutukan.

Penyakit kusta disebabkan oleh infeksi kronis oleh kuman atau bakteri mycobacterium leprae. Kondisi ini terutama memengaruhi kulit, mata, hidung dan saraf perifer.

Penyakit kusta tidak mudah ditularkan karena mempunyai masa inkubasi yang cukup panjang, tetapi penyakit ini bisa menular melalui kontak kulit erat dan lama, salah satunya melalui saluran nafas.

Penyakit kusta dapat menyerang semua usia, umumnya orang dewasa mempunyai kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh yang baik  untuk melawan bakteri bila dibandingkan dengan anak-anak. Jadi anak-anak akan lebih rentan untuk terkena penyakit kusta.

Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kusta, antara lain kontak erat dan lama dengan penderita kusta, tinggal di daerah endemik kusta kondisi yang buruk seperti rumah yang tidak memadai dan tidak memiliki sumber air bersih,  menderita cacat genetik pada kekebalan tubuh serta menderita gangguan pada sistem kekebalan tubuh.

Namun, bagi penderita kusta yang telah diobati dengan obat antibiotik tidak akan menularkan yang lain dan dapat beraktivitas seperti biasa dan dapat hidup normal di tengah-tengah teman dan keluarga.

Adapun tanda dan gejala yang sering dijumpai pada penyakit kusta, antara lain terdapat lesi kulit berupa hipopigmentasi (bercak putih), hiperpigmentasi (bercak kecoklatan-kehitaman), atau bercak kemerahan, mati rasa di area kulit tertentu, kulit terlihat kering, kaku dan tidak berkeringat, muncul luka tapi tidak terasa sakit, otot melemah (terutama otot kaki dan tangan) serta dapat terjadi gangguan penglihatan yang dapat berujung kebutaan.

Terdapat 2 klasifikasi penyakit kusta berdasarkan jenis dan jumlah area kulit yang terkena yaitu pausi basiler (PB) dan multi basiler (MB).

Pada pausi basiler terdapat 1 – 5 lesi, dapat menyebabkan rasa kebas/baal dan menyerang satu cabang saraf. Pada multi basiler ditemukan lesi lebih dari 5, rasa kebas/baal nya tidak jelas dan dapat menyerang banyak cabang saraf. (ARH).

  • Bagikan

Exit mobile version