Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Harga cabai rawit di Maluku melonjak drastis. Bahkan di Kabupaten Buru Selatan, harga mencapai RP200 ribu per kilogram. Keterbatasan stok jadi alasan pedagang menaikkan harga.
Pantauan Ambon ekspres Pasar Mardika dan Pasar Waiheru, Kota Ambon, Sabtu (4/11) menjual cabai rawit dengan harga bervariasi, berkisar dari Rp100.000 sampai Rp130.000 per Kg.
Malik, pedagang di pasar Waiheru mengatakan, pekan lalu, harga cabai rawit per cupak masih Rp10.000, namun beberapa hari terakhir sudah naik menjadi Rp12.000.
Cabai yang ia jual dipasok dari Makassar, Sulawesi Selatan. Padahal, biasanya dia membeli dari Namlea, Kabupaten Buru.
“Di Buru juga mengalami musim kemarau sehingga petani gagal panen. Jadi, kenaikan harga cabai disebabkan kekeringan yang masih terjadi sampai saat ini,”ujar dia.
Sementara itu, di Pasar Kai Wait Namrole maupun di Pasar Unit, Kabupaten Buru Selatan beberapa hari lalu, harga komoditi sayur-mayur dan cabai terus mengalami kenaikan. Kenaikan paling mencolok terjadi di komoditi cabai rawit yang tembus RpRp 200.000/kg.
Kenaikan harga sudah berlangsung hampir dua pekan. Sayur buncis, misalnya, awalnya dijual Rp 25.000/kg kini merangkak naik menjadi Rp 50.000/ kg. Sementara cabai besar turun harga dari Rp 60.000/kg menjadi 30.000/kg.
Rio Santoso, salah satu pedagang yang menjual cabai mengatakan, naiknya harga cabai rawit karena pasokan ke Pasar Unit dan Pasar Kai Wait di Namrole sangat terbatas.
“Kalau cabai kecil (cabai rawit) ini kita sulit dapatkan karena stoknya terbatas. Kita dapat ini juga dari tangan ke tangan atau sudah di pihak kedua, otomatis harganya melambung,”akuinya.
Hal yang sama pula terjadi untuk boncis, beberapa waktu belakangan juga sangat sulit diperoleh. “ Biasanya dua ko- moditi ini kita ambil dari Unit di Namlea. Namun untuk be- berapa waktu ini pasokannya sangat terbatas. Kondisi terse- but berimbas terjadi kenaikan harga,”ujarnya.
Minimnya stok cabai dan sayur mayor, lanjut dia, dipengaruhi kondisi kekeringan atau El Nino yang masih berlangsung hingga saat ini. Akibatnya, harga sejumlah kebutuhan masyarakat naik drastis.
“Kalau faktor yang mempengaruhi itu cuaca panas. Akibatnya terjadi gagal panen di tingkat petani, dan ini berimbas pada ketersedian kebutuhan-kebutuhan masyarakat termasuk di dalamnya cabai dan boncis,”terangnya.
Santoso berharap ada kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Buru Selatan dalam menopang hasil produksi pertanian.
“Kalau di Namlea itu cuacanya sangat panas. Hal itu berbeda dengan di Buru Selatan, karena cuacanya tidak terlalu panas, sesekali terjadi hujan. Kondisi ini yang harus dimanfaatkan petani untuk menanam komoditi pertanian seperti cabai, boncis dan juga sayuran lainnya,”tutup Santoso.
Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Buru Selatan, Dominggus Seleky yang sempat dikonfirmasi wartawan mengatakan, naiknya sejumlah harga pangan terutama cabai dan boncis karena pasokan yang terbatas.
“ Kenaikan itu karena paso- kannya terbatas. Selama ini cabai dan boncis dipasok dari Ambon maupun dari unit Ka-bupaten Buru,”ungkapnya.
Terkait dengan kondisi ini, Seleky berjanji akan berkoordinasi dengan Bupati Buru Selatan, Safitri Malik guna mengambil langkah-langkah dalam menekan kenaikan harga sejumlah kebutuhan masyarakat.
“ Saya akan laporkan ke pimpinan untuk kita ambil langkah-langkah yang diperlukan guna mengatasi permasalahan ini,”tutupnya. (ESI)