Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Elektabilitas dari hasil survei, memang jadi variabel penting bagi partai politik berikan dukungan kepada Bakal calon Gubernur Maluku. Namun elektabilitas bukan satu-satunya alasan bagi parpol merekomendasikan kandidat tersebut.
“Selain elektabilitas, ada variabel lain yang dipakai partai politik untuk merekomendasikan seseorang agar bisa bertarung dalam Pilkada, termasuk pemilihan Gubernur Maluku, misalnya kesamaan visi dan misi, kader, dan faktor lainnya,” ujar peneliti lembaga survei Index, Nendy Kurniawan Asyari, kepada ameks.id, Minggu (5/5/2024).
Meski kemudian, tambah Nendy, kecenderungan mayoritas parpol memang menginginkan kandidat yang diusung memiliki elektabilitas tinggi. Karena, kata dia, yang tinggi itu memiliki peluang lebih besar untuk menang.
“Elektabilitas yang tinggi itu, memperbesar peluang Kandidatnya untuk menang. Kandidat lain dengan elektabilitas rendah, justru memperkecil peluang untuk menang. Kalau kita bicara soal peluang,” ungkap dia.
Hanya saja, kata dia, bukan berarti kandidat dengan elektabilitas dibawah, tidak punya peluang menang. Semua kandidat yang bakal bertarung dalam Pilgub Maluku tentu punya peluang menang.
“Tergantung seberapa besar, tim suksesnya mampu membaca peluang itu. Misalnya, dimana titik peluang itu. Bagaimana memperbesar peluang tersebut. Dan kemudian, kemampuan tim bekerja secara efektif dan profesional menangkan kandidatnya,” ungkap Nendy.
Nendy mencontohkan, pada Pemilihan Gubernur Maluku 2018 lalu, dimana Murad Ismail-Barnabas Orno terpilih. Kata dia, semua orang tahu, Murad Ismail berdasarkan hasil survei, elektabilitasnya jauh tertinggal dari Said Assagaff kala itu.
“Tapi kemudian timnya mampu membaca peluang yang kecil itu, menjadi potensi besar untuk menang. Akhirnya banyak parpol memberi dukungan, dan kemudian Murad Ismail-Barnabas Orno, menang dalam Pilgub Maluku,” tandas dia.(yani)