Indosat Gandeng Unpatti, Digitalisasi Konservasi Mangrove Berbasis IoT di Ambon

  • Bagikan
Unpatti
Indosat gandeng Unpatti menggelar program konservasi Mangrove berbasis teknologi.

Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID — Universitas Pattimura (Unpatti) digandeng Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) melakukan konservasi mangrove berbasis Internet of Things (IoT).

Selain Unpatti, Indosat juga menggandeng Global System for Mobile Communication Association (GSMA). Program ini pertama kali diimplementasikan pada bulan Mei 2023 di Nunukan, Kalimantan Utara, kemudian di Banda Aceh dan Semarang.

Di Ambon, program Digitalisasi Konservasi Mangrove turut melibatkan sivitas akademika dari Unpatti, dalam mendorong kolaborasi antara pihak akademisi dengan praktisi bidang teknologi. Langkah ini sejalan dengan perjalanan transformasi Indosat dari perusahaan telekomunikasi (TelCo) ke perusahaan teknologi (TechCo).

Ahmad Zulfikar, Director and Chief Strategy & Execution Officer Indosat Ooredoo Hutchison, mengatakan, Pulau Ambon, khususnya di perairan Teluk Ambon, luas hutan mangrove tiap tahunnya kian menyusut, sehingga memberikan dampak abrasi dan banjir yang sering melanda pesisir Ambon.

Dengan demikian, kata dia, keberadaan mangrove menjadi sangat penting untuk menjaga ekosistem pesisir. Karena itu, lewat program Digitalisasi Konservasi Mangrove, Indosat berkomitmen mendukung upaya ketahanan lingkungan dengan pengembangan mitigasi berbasis teknologi digital.

Dalam program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini, Indosat menghadirkan solusi Internet of Things (IoT) berupa teknologi yang dapat memantau beberapa parameter penting kualitas air untuk budidaya perikanan secara real-time, khususnya tambak yang berdekatan dengan wilayah tumbuh mangrove.

“Diharapkan produktivitas tambak tetap terus meningkat, namun tetap menghindari kerusakan mangrove disekitarnya karena ancaman penebangan secara masif,” kata Zulfikar.

Konsep ini di kenal sebagai Silvo-fishery, yaitu metode terpadu berkelanjutan dari usaha perikanan yang berdampingan dengan pelestarian mangrove, serta diikuti konsep pengenalan sistem pengelolaan dengan meminimalkan input dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Melalui kolaborasi ini, kata Zulfikar, Indosat mengandalkan kekuatan IoT-nya untuk memonitor kualitas air dan produktivitas tambak perikanan, sekaligus melestarikan ekosistem mangrove didalamnya.

Prof. Dr. Fredy Leiwakabessy, M.Pd, Rektor Universitas Pattimura, menyambut baik kolaborasi dengan Indosat untuk melestarikan ekosistem mangrove di Ambon.

“Menyusutnya luasan mangrove di pesisir Ambon menjadi perhatian kami. Kami optimis program ini dapat memberikan dampak yang baik dari sisi ketahanan lingkungan maupun untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar,” kata dia.

Sebagai informasi, mengutip data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia memegang peran kunci dalam pelestarian lingkungan sekitar 23% dari total tanaman mangrove dunia, atau setara dengan 3,5 juta hektar.

Digitalisasi Konservasi Mangrove merupakan bagian dari program Tanam Oksigen yang telah diluncurkan perusahaan, yang didedikasikan untuk mencegah punahnya udara bersih akibat masifnya emisi karbon dioksida.

Indosat telah memulai inisiasi secara internal yang melibatkan karyawan perusahaan untuk berperan aktif dalam penanaman mangrove secara digital. Bagi masyarakat umum yang ingin berkontribusi, dapat berpartisipasi langsung melalui ioh.co.id/tanamoksigen dengan melakukan pembelian bibit mangrove.(yani)

  • Bagikan