Kesui-Watubela yang tak Beraspal, Hanya Dipakai Tebar Janji Manis Saat Pemilu dan Pilkada

  • Bagikan
Ilustrasi

BULA, AMEKS.FAJAR.CO.ID — Sejumlah desa di Kecamatan Kesui Watubela, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku, hingga kini belum beraspal. Akses antara desa hanya mengandalkan transportasi laut seperti longboat.

Kondisi ini membuat warga di beberapa desa kesulitan jika datang musim gelombang tinggi. Mobilisasi barang terutama sembilan bahan pokok (sembako) akan terhenti pada musim tersebut.

Jalan yang dibangun pemerintah Kabupaten SBT lewat Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) hanya menghubungkan separuh desa.

Dari belasan desa di Pulau Kesui, baru 4 desa yang sudah terhubung jalan beraspal. Seperti Kurwara, Tanah Baru, kemudian Tamher Timur dilanjutkan Kilbutak.

Sementara yang belum terhubung jalan aspal antara lain Kurwara, Guliar dilanjutkan Amarlaut, Utta, Air kampung, Kildor, Kilyaur, Karlomin, Tamher Warat, Rumadurun, Otademan, Kelangan Goul, Tanasoa dan Wunin Eldora.

Jalan lingkar Pulau Kesui sebenarnya sudah mulai dibangun sejak tahun 2021 lalu namun, di Tahun 2022 terhenti karena tidak dianggarkan dalam APBD. Penyebabnya, refocusing APBD yang cukup besar untuk penanganan pasca Covid-19.
Meski begitu, di Tahun 2023 kembali dialokasikan anggaran hampir Rp20 miliar kolaborasi dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBD murni untuk melanjutkan pembangunan jalan tersebut.

Salah satu warga Kesui, Dahlan Kayuan meminta, Pemerintah kabupaten SBT secepatnya menyelesaikan pembangunan jalan lingkar Kesui.

Menurutnya, jalan tersebut sudah mangkrak cukup lama sejak mulai dibangun oleh Pemerintah Provinsi Maluku, dimasa Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menggunakan anggaran recovery Maluku pasca konflik sosial.

“Jalan ini sudah cukup lama sejak mulai dibuka oleh Pemerintah Provinsi Maluku, usai kerusuhan (konflik), sampai saat ini belum selesai, karena itu kita minta segera diselesaikan,” kata dia Sabtu, (6/7/2024).

Dikatakan, jalan lingkar pulau Kesui, juga menjadi bahan kampanye politik saat pemilu. Baik Pemilihan bupati dan wakil bupati, gubernur dan wakil gubernur maupun Pemilihan umum (Pemilu) legislatif.

“Sebagian kandidat dalam orasi politik menjadikan jalan Kesui sebagai isu yang disoroti. Namun selepas dari itu, setelah terpilih tidak bisa menyelesaikan pembangunan jalan tersebut sesuai yang diucapkan,”ucapnya.

Daan menyampaikan, sudah terbukti beberapa kali mendengar para kandidat calon bupati wakil bupati maupun calon anggota legislatif menyebut jalan lingkar Pulau Kesui dalam pertemuan tertutup maupun terbuka, saat berkampanye di Kesui.

“Kita hanya dapat janji-janji saja, setelah itu mereka lupa. Terbukti sampai saat ini jalan ini belum selesai,” ujarnya.

Ia berharap, sebelum kepemimpinan bupati Abdul Mukti Keliobas dan wakil bupati Idris Rumalutur berakhir, pembangunan jalan lingkar Pulau Kesui bisa diselesaikan.(jamal)

  • Bagikan