Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID — Harga cengkeh alami penurunan dalam beberapa minggu terakhir di sebagian daerah di Maluku. Harga cengkih kini hanya Rp. 75.000 per kilogram, dari
sebelumnya mencapai Rp. 120.000 per kilogram.
Petani di Desa Rarat Kecamatan Gorom Timur Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), memilih untuk menyimpan hasil panennya dan tidak terburu buru menjual kepada pembeli cengkeh yang ada di daerah tersebut. Merosot harga cengkeh itu di duga ada permainan para tengkulak di daerah itu.
Nurma (38) yang biasa di sapa mama Nurma, salah satu Petani Cengkeh di sesa itu, mengatakan penurunan harga itu sebagai kondisi terburuk yang di alami petani setiap musim cengkih. Karena itu. mereka memilih menunggu sampai harga kembali stabil baru di pasarkan.
"Hampir setiap musim tetap turun harga dan tunggu sampai harga stabil baru (katong) kami jual,” ungkap Nurma saat menjemur cengkeh di pekarangan rumahnya, Sabtu (20/7/2024), Pagi.
Dia menambahkan kalau dengan harga yang tidak stabil seperti ini, petani merasa kesulitan karena tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk panen. Karena sebagian petani di daerah itu, menggunakan jasa sewa panen, jadi hasil akan di bagi dua dengan para pekerja.
"Petani separuh gunakan jasa petik cengkih, jadi hasil panen sudah pasti di bagi dua, lalu kemudian kondisi harga seperti sekarang ini sudah jelas keuntungan petani menurun,” tambah Nurma.
Nurma berharap, semoga Pemerintah Daerah setempat bisa melihat kondisi para petani di daerah itu. "Semoga katong punya dewan-dewan dan pemerintah yang ada ini, bisa bantu katong untuk menstabilkan harga cengkih,” harap Nurma.
Dahlan Rumalean Salah satu Tokoh Pemuda di Desa Rarat, menduga merosotnya harga cengkih di daerah itu dipengaruhi oleh permainan para tengkulak. Kata dia, ini biasa terjadi saat musim panen tiba.
"Ini permainan pengusaha yang seenaknya menurunkan harga tanpa memikirkan nasib petani,” tegas Rumalean.
Menurutnya, permainan para tengkulak ini sangat merugikan para petani. Biasanya hasil panen dari petani mereka ambil dengan harga yang murah, setelah itu di tampung lalu di jual dengan harga yang jauh lebih mahal.
Dia juga, mengatakan permainan ini bukan saja di satu wilayah hampir di setiap daerah. Jadi harus ada teguran dari pemerintah kepada pengusaha yang sengaja menurunkan harga sesuka hati.
"Pemerintah harus perhatikan nasib petani. Dan sudah sapatutnya berikan teguran dan tertibkan para tengkulak, kalau terus dibiarkan ini justru membunuh usaha petani,” tegas dia
Dia berharap agar petani di desa itu jangan cepat untuk melepas hasil panennya dengan harga yang murah. Tunggu sampai harga stabil, baru dijual. (sahdan)