Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID —Lebih dari sebulan terakhir, dana sertifikasi dosen dan tunjangan kehormatan guru besar universitas Pattimura (unpatti) Ambon tak kunjung dicairkan oleh petinggi kampus ternama di Maluku itu.
Ada indikasi miliaran rupiah dana Serdos dan tunjangan kehormatan guru besar di Unpatti, sengaja didepositikan untuk kepentingan pribadi dan kelompok oknum-oknum pejabat di kampus berjuluk Hotumese itu.
“Sepanjang sejarah, hal ini baru pertama kali terjadi di Unpatti. Selama ini tidak demikian,” keluh sejumlah dosen di Ambon, Rabu (8/1/2025).
Para dosen ini menduga, anggaran sebesar miliaran rupiah itu sengaja didepositokan di bank untuk kepentingan oknum dan kelompok tertentu di Unpatti.
”Ya, bisa saja anggaran (serdos dan tunjangan kehormatan guru besar) itu sengaja didepositikan oknum bendahara di Unpatti,” kata salah satu dosen.
Ia juga mengaku kesal atas keterlambatan pembayaran dana sertifikat dan tunjangan kehormatan ini. Padahal mereka selalu dituntut bekerja demi memajukan kampus tersebut.
"Sangat disesalkan atas keterlambatan pembayaran dana sertifikasi dosen dan tunjangan kehormatan. Karena, kita dituntut untuk meningkatkan kinerja, tapi di lain sisi tidak ada pemberitahuan atau sosialisasi atas keterlambatan dana sertifikasi dosen dan tunjangan kehormatan yang tidak dibayarkan tepat waktu. Padahal, dalam meningkatkan kinerja dibutuhkan dana hingga puluhan juta," kesalnya.
Adapun tunjangan sertifikasi dosen sebesar satu kali gaji pokok. Sehingga besaran tunjuangan tergantung golongan. Menurut sumber ini, dosen yang sudah lulus sertifikasi dengan golongan III, bisa memperoleh tunjangan sekitar Rp3. 800.000 hingga Rp 3.900.000.
Untuk itu, dia berharap, hal ini perlu diselesaikan dengan cepat agar nama baik kampus tidak tercoreng akibat ulah oknum- oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Jadi, saya berharap, ada kejelasan kenapa hal ini terjadi. Karena, hal ini menyangkut kinerja dari rektor dan wakil rektor bagian keuangan. Ini merupakan tanggung jawab mereka," tandasnya.
Sementara itu, pihak Rektorat yang coba dikonfirmasi belum merespon hingga berita naik cetak. (JP/LMS)