Pendapat Ahli Tepis Abrasi di Haya Ulah Penambang Pasir, Malah Sebut Faktor Alam Biangnya

  • Bagikan
Jusuf J. Wattimury, ahli oseanografi dari Universitas Pattimura, dan Yustinus Malle, ahli kimia dan pertambangan Unpatti.
Jusuf J. Wattimury, ahli oseanografi dari Universitas Pattimura, dan Yustinus Malle (kaos putih) ahli kimia dan pertambangan Unpatti.

.AMBON, AMEKS.FAJAR.CO.ID.– Abrasi pantai di Desa Haya, Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah, terus menjadi perhatian berbagai kalangan, termasuk para ahli. Fenomena ini dikaitkan dengan aktivitas tambang pasir garnet oleh PT. Waragonda Minerals Pratama.

Hanya saja para ahli menegaskan bahwa abrasi lebih dipengaruhi oleh faktor alam. Prof. Dr. Yusthinus Thobias Male, ahli kimia dan pertambangan dari Universitas Pattimura, menjelaskan bahwa pasir garnet tidak menyebabkan abrasi.

“Pasir garnet digunakan untuk sandblasting dalam industri perkapalan dan bukan logam tanah jarang. Pasir ini berasal dari bantaran sungai, bukan laut, sehingga tidak berpengaruh langsung pada abrasi pantai,” jelasnya saat ditemui di Ambon.

Menurut Prof. Male, abrasi di Teluk Haya lebih disebabkan oleh fenomena sirkulasi arus laut. “Garnet justru ada di gunung dan turun ke pantai. Karena berat, garnet tidak bergerak. Jadi, abrasi terjadi karena dinamika arus laut, bukan karena penambangan,” paparnya.

Ia juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat tentang kandungan garnet. “Pasir dengan kadar garnet tinggi memiliki harga jual lebih mahal. Ini harus dipahami agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial,” tambahnya.

Sementara itu, Jusuf J. Wattimury, ahli oseanografi dari Universitas Pattimura, menjelaskan bahwa abrasi di Seram Selatan merupakan fenomena alam yang kompleks.

“Abrasi di Maluku dipengaruhi oleh dinamika arus laut, perubahan iklim global, dan pola angin musiman. Bahkan di daerah tanpa aktivitas tambang, abrasi tetap terjadi,” ujarnya.

Wattimury menjelaskan, abrasi di Teluk Haya tidak dapat dihentikan sepenuhnya karena sifatnya yang alami.

“Gelombang dan arus pasang surut membawa sedimen ke laut, menyebabkan pengikisan pantai secara bertahap. Ini diperparah oleh kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global,” paparnya.

Ia juga menjelaskan pola arus dan gelombang di perairan Haya. “Selama musim barat, gelombang dari barat menggerus pantai. Pada musim timur, angin tenggara meningkatkan tekanan gelombang, mempercepat abrasi,” jelasnya.

Wattimury menegaskan bahwa mitigasi abrasi memerlukan pendekatan khusus.

“Tanpa penghalang alami seperti terumbu karang atau rekayasa pantai, abrasi akan terus terjadi. Perlu langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampaknya,” pungkasnya. L(ars hehanussa)

  • Bagikan