Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Bergesernya perilaku manusia di era teknologi, mendorong media harus terus melakukan adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan. Jika tidak, akan ditinggalkan pembaca.
“Karena itu, media harus beradaptasi terhadap disrupsi teknologi. Apakah orangnya pindah? tidak, yang pindah hanyalah media. Kemampuan adaptasi menjadi harga mati, menghadapi persaingan yang super ketat,” kata Dosen Komunikasi, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, DR Hasrullah dalam diskusi forum Pimpinan redaksi Fajar Grup, Melasa (21/3/2023).
Hasrullah dalam diskusi yang dipandu Swardi Taher dari Fajar Grup ini, memaparkan terkait Media Lama dan Media Baru. Tema ini terkait menjamurnya media berbasis digital, dan bagaimana strategi media menghadapi persaingan.
Mengutip Rifkin dan Howard, Hazrullah mengatakan, Internet of things (IoT) memberi peluang dan keleluasaan yang begitu luas kepada setiap orang untuk memilih, dan menentukan hampir segala-galanya sesuai selera dan kemampuan.
“Setiap orang sudah dengan mudah memanfaatkan teknologi, melalui berbagai media, terutama handphone. Orang mau tidur saja, harus pegang handphone. Nah kita harus adaptasi dengan perilaku manusia, sehingga media kita tidak ketinggalan,” ungkap dia.
Menurut dia, hanya mereka yang bisa beradaptasi yang bisa bertahan di era kemajuan teknologi, dengan tingkat persaingan yang super tinggi. Karena itu, setiap media harus memiliki strategi yang baik, diantaranya bagaimana mampu bertahan di tengah persaingan dan kemajuan teknologi tersebut.
Hasrullah menyarankan, agar media lebih memperdalam lagi pengemasan sebuah reportase yang lebih mendalam. Reportase yang lebih mendalam akan menghasilkan akurasi informasi tinggi.
“Investigasi masih jauh relevan untuk dikembangkan media sebagai modal beradaptasi terhadap apa maunya publik terhadap informasi itu. Investigasi terhadap sebuah peristiwa sangat diminati oleh pembaca,” ungkap Hasrullah.
Selain itu, Hasrullah juga menawarkan tentang pengembangan jurnalisme sastrawi, yang bisa membawa pembaca larut dalam informasi yang dibaca.
“Hasil karya jurnalisme akan jauh lebih enak dibaca publik, jika dibumbui dengan sastrawi. Ini membuat kita asyik membaca sebuah informasi,” tandas dia.
Karena itu, Hazrullah menyarankan agar media koran maupun digital bisa menyajikan berita-berita investigasi yang dibutuhkan publik. “Kedalaman, akurasi, masih harus tetap menjadi perhatian media,” ungkap Hasrullah. (yan)