AMBON, AMEKS.FAJAR.CO.ID — Sebagai salah satu dari sepuluh sekolah pilot projek musik di Kota Ambon, SMP 10 mendukung brand Ambon sebagai Kota Musik Dunia. Ini diimplementasikan dengan hadirnya pelajaran tentang musik lokal di sekolah tersebut.
sekolah yang berada beralamat di Kayu Putih, Negeri Soya ini juga akan melestarikan musik kearifan lokal Maluku di satuan pendidikan. Bagi Kepala Ineke Tuhumury, musik berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan dan perkembangan belajar siswa dan siswi di sekolah.
Apa yang dilakukan, kata Tuhumury, sebagai wujud mendukung peraturan Walikota nomor 39 tahun 2020 tentang kurikulum musik atau kurikulum lokal berbasis musik satuan pendidikan, SMP Negeri 10 Ambon sudah mengajarkan pelajaran tentang musik.
Ineke Tuhumury yang hadir dalam Talkshow “ Ameks Menyapa Pendidikan “ di studio Radio Ameks 92, 5 FM, Sabtu (23/9/2023) , mengatakan hingga saat ini guru kesenian di sekolah yang dipimmpinya itu berjumlah lima orang.
Dua diantaranya guru senior, kemudian tiga guru lainnya ditambahkan oleh Dinas Pendidikan Korta Ambon.
“ Kami sangat antusias untuk mendukung brand Ambon sebagai Kota Musik Dunai setelah ditunjuk sebagai sekolah pilot projek musik. Kami bersyukur karena sekolah kami sudah sejak dulu mengimplementasikan intrumen musik lokal Maluku sehingga musik bagi SMP Negeri 10 sudah tidak asing lagi, “ kata Tuhumury.
Dia mengaku, banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh SMP Negeri 10 Ambon sampai ketingkat Nasional, yakni kegiatan Festival Lomba Seni Siswa (FLS2N) untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Salah satu musik yang telah dikenal pada lomba FLS2N tingkat Nasional adalah musik Totobuang.
Setelah SMP Negeri 10 Ambon ditetapkan sebagai pilot projek musik, kata dia, Pemerintah menyiapkan instrumen musik dibagikan ke sekolah – sekolah. Jenis musik tersebut antara lain, Ukulele, Suling Bambu, Tifa, Totobuang, Rebana dan Hawaian.
“ Dengan berbagai alat musik ini dapat memperbanyak instrumen yang dapat digunakan dalam proses belajar kepada siswa terutama musik tradisional. Untuk alat musik Hawaian, SMP Negeri 10 Ambon masih minim karena hanya satu buah sehingga hanya digunakan sebagai model di sekolah, “ tandasnya.
Sementara itu, Guru Seni SMP Negeri 10 Ambon, Vera Alfons dalam kasempatan itu mengatakan, pembelajaran musik sudah dimulai dari tahun 2021. Dengan diberlakukannya kurikulum musik di Kota Ambon, hingga saat ini sangat memberikan dampak yang baik bagi sekolah.
Dari sekian banyak siswa yang diajarkan oleh guru musik rata – rata banyak yang belum mengenal instrumen musik tradisional. Namun setelah diajarkan, semua siswa ingin untuk mengetahui cara memainkan instrument musik tersebut.
Meskipun demikian, kata Alfons, di era berkembangnya digitalisasi saat ini khusus untuk pendidikan musik para siswa lebih suka dengan intrumen barat, sehingga ketika memberikan materi instruimen para siswa mengelami kebingungan karena mereka tidak pernah melihat dan memainkan instrumen musik secara langsung.
“ Kalau kita bertanya tentang instumen musik, mereka pada bingung semua, karena instrumen musik yang kita ajarkan mereka belum pernah melihat dan memainkannya. Darisinlah guru terus memberikan motivasi dan pemahaman sehingga mereka bisa memahami dan mengetahui tentang instrumen musik dan cara memainkannya, “ kata Alfons.
Alfons menambahkan, seiring dengan berjalannya waktu para siswa mulai terbiasa dan antusias untuk belajar memainkan instrumen musik. “ Yang membuat mereka bisa bermain musik adalah mereka berpikir kalau siswa lain bisa mereka juga harus bisa. Inilah yang memacuh keberanian dan terus belajar untuk memainkan alat musikn tradissional, “ singkatnya. (dade serawak)