Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID.- Ratusan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di wilayah kota Ambon, Provinsi Maluku, mendapat pelatihan pembuatan aneka olahan berbasis Ikan dan Cokat.
Kegiatan dinamakan Diklat 3 In 1 ini berlangsung di kantor Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BPJSI) Ambon, Kementerian Perindustrian, di kawasan Kebun Cengkeh, Kamis (1/2/2024), ini merupakan kerjasama antara Balai Diklat Industri Makassar dan Komisi VII- DPR RI.
Diklat 3 In 1 angkatan ke- IV diagendakan akan berlangsung selama sepekan, dimulai tanggal 1 sampai 7 Februari 2024.
Dengan rincian peserta berlatar belakang UMKM untuk olahan berbasis Coklat 50 peserta dan berbasis Ikan 50 peserta perwakilan dari setiap desa yang ada di kota Ambon dan sekitarnya.
Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai PDIP, Mercy Christy Barends, disela-sela membuka secara langsung Diklat 3 In 1 kepada Ambon Ekspres, berharap agar prodak-prodak UMKM yang akan dihasilkan bisa kompotitif masuk merambah di dalam pasar-pasar digital.
"Jadi tidak saja di jual ditingkat lokal, tetapi harapan kita prodak yang dihasilkan juga bisa merambah juga ke pasar-pasar digital, dan itu diberikan kesempatan untuk mengakses itu (pasar-pasar digital). Jadi kita berharap kemasanya dan kualitas dari pada prodak di hasilkan nanti juga harus baik," ujar Mercy, mengawali penjelasanya saat di wawancarai terkait Diklat 3 In 1 dilaksanakan.
Ppenguatan UMKM melalui Diklat ini, kata Mercy, dengan tujuan menekan dan pengentasan kemiskinan. Kemiskinan masih menjadi kendala Maluku untuk maju.
" Itu tujuanya, pengentasan kemiskinan. Jadi kerja seperti ini tidak kerja sporadis, harus kolaborasi dengan Pemda, dan Kementerian," kata Mercy.
Dan hari ini (Kamis (1/2/2024)), dipastikan Mercy, ada 100 peserta dari UMKM dan IKM di wilayah kota Ambon dilibatkan dalam mengikuti Diklat.
" Dan mereka ini semua pelaku usaha. Kita hadirkan agar supaya kualitas produk mereka bisa kita tingkatkan dan kita perbaiki," jelas Mercy.
Kemudian para peserta UMKM dan IKM ini juga diberikan ruang untuk bisa mengakses permodalan yakni, KUR (Kredit Usaha Mikro) lewat Bank-Bank Himbara atau himpunan bank milik negara.
" Kemudian, para peserta ini juga bisa mendapat informasi untuk pengurusan nomor induk berusaha (NIB) itu sudah tidak bayar," jelas Mercy, lagi.
Pengembangan UMKM dan IKM penting untuk terus kita dorong sehingga kita bisa cepat mengetasi kesejangan pembangunan antara wilayah Indonesia barat dan timur.
Kemudian, ekosistim UMKM dan IKM yang kompotitif di Maluku, terkhusus kota Ambon harus dipersiapkan sehingga bisa merambah masuk pasar, tidak hanya lokal tetapi juga pasar digital.
Secara Nasional, kata Mercy, hampir 43 persen masyarakat Indonesia membeli barang atau produk inpor dari negara-negara luar, Cina dan lainya dengan harga murah. Dan pertahunya, ada belasan triliun rupiah ke luar Indonesia.
" Dan itu, kita gagal membentuk ekosistim UMKM dan IKM kita yang kompototif masuk bersaing dengan negara-negara luar, jangan Eropa, negara-negara Asean atau asia yang lain, terutama Cina. Produk Cina yang saat ini booming di Indonesia, termasuk Maluku," jelasnya.(Elias Rumain)