BULA, AMEKS.FAJAR.CO.ID — Hampir tiga bulan lebih musim kemarau melanda kota Bula,kabupaten Seram Bagian Timur(SBT). Para petani yang bergantung hidupnya dengan hasil perkebunan mereka juga hampir terancam gagal panen.
Kebakaran Hutan dan lahan(Karhutla) juga terjadi di beberapa wilayah di kota yang dijuluki "Kota Minyak" itu. Dampak tersebut mulai terasa di beberapa desa di Kecamatan Bula. Salah satunya desa Wailola, warga mulai merasakan sulitnya mendapatkan air.
Kondisi ini akibat intensitas hujan menurun dalam waktu yang cukup lama. Ini membuat beberapa sumber mata air milik warga mulai mengering.
Kepala Desa Wailola, Amin Rumbara mengatakan, dampak kemarau yang sedang terjadi membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih. Ada sejumlah Rukun Tetangga(RT) yang keluhkan soal hal ini. Hal ini kata dia, menjadi tanggung jawab sebagai kepala pemerintahan desa setempat.
"Itu di RT 01, jalan garuda mas, kemudian ada juga di RT 06 dan RT 05 kesulitan air bersih dampak kemarau. Tapi yang fatal bagi saya di wilaya Wailola itu, mereka yang berada di seputaran RT 03 Wailola pantai,"ungkap Rumbara kepada media ini,Kamis (30/8/2023).
Bahkan lanjut dia, ada sumber mata air milik warga yang sudah tidak layak dipakai lagi. Ini membuat warga harus melakukan sebuah proses tahap penyaringan agar warna air itu bisa kembali jernih. Namun tidak layak untuk dikonsumsi.
"PR yang paling besar sebenarnya ada di RT 03 itu. Tetapi sebagai pemerintah desa, tentu menjadi masalah desa juga. Apa yang dikeluhkan oleh masyarakat kita tidak bisa berdiam diri, acuh dalam masalah ini," imbuhnya.
Pihaknya mengaku, telah melakukan langkah-langkah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) SBT. Melalui surat resmi yang sudah dilayangkan, untuk bisa cepat mendapatkan tanggapan cepat dari Pemerintah daerah (Pemda).
"Kita berharap insya Allah dalam waktu 1 atau 2 hari kedepan sudh ada tindak lanjut. Tidak bisa dipungkiri kita punya Dana Desa yang sudah tersusun rapi dalam pembelanjaan selama 1 tahun. Jadi karena ini adalah bencana dan sifatnya segera, maka kami akan diskusi ini bersama BPNA," jelas Rumbara.
Pemerintah desa Wailola akan tetap memperhatikan masalah ini, dengan mendiskusikan bersama pihak-pihak terkait. Untuk melakukan perubahan, item-item apa saja yang dibelanjakan, untuk memenuhi kebetuhan masyarakat sekarang ini yang terdampak.
Ia juga membeberkan, ada salah satu sumur warga di RT/01 yang di pakai sepuluh mesin pompa air. Bahakan setiap sumur kata dia, itu lebih dari 1 mesin pompa. Ini artinya satu Kepala Keluarga (KK) memiliki 1 mesin.
"Nah kita upayakan juga ada langkah cepat, dari pemerintah daerah untuk membantu dalam bentuk suplai air bersih. Seperti yang terjadi pada tahun sebelumnya, ada persediaan tong air di tiap lorong. Yang kemudian pemerintah bisa mendistribusikan air ke situ, dan warga bisa dapatkan air bersih," pungkasnya.
Terpisah, Arifin salah seorang petani di kota Bula saat di temui media ini mengatakan, saat musim kemaru panjang, harus lebih banyak merogok kocek untuk perawatan ekstra ke tanamannya. Apalagi sebagai petani tanaman jangka pendek ini sangat membutuhkan mesin pompa air.
" Kalo musim panas, kita harus lebih banyak butuhkan air, kalau seng(tidak) tanaman cepat layu dan diserang hama," ujar Arifin.
Dirinya berharap, adanya perhatian dari Pemda SBT, melalui dinas terkait untuk dapat memeperhatikan para petani yang menggantungkan hidup mereka pada hasil perkebunan. Di musim kemarau kata dia, tanaman mudah layu jika kurangnya pasokan air.(Djamal Umage)