Pedagang dan Sopir Angkot Saling Tuding Biang Kerok kemacetan Mardika, Pemprov Maluku Bilang Begini

  • Bagikan
Pasar Mardika
Kemacetan parah di Pasar Mardika, Senin (30/12/2024). (foto by jardin/ameks)

Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID — Kebijakan Pemerintah Provinsi Maluku memfungsikan Pasar Mardika Baru, belum optimal mengurai kemacetan. Kemacetan justru kian parah. Pedagang masih menolak masuk ke gedung baru dengan banyak alasan.

Berulangkali mereka ditertibkan untuk masuk berdagang di gedung Pasar Mardik Baru, namun terus kembali ke badan jalan. Alasan mereka, biaya sewa mahal, lapak kecil, tidak mendapat tempat, sampai pada banyak pembeli yang mau menolak masuk belanja di gedung baru.

Alasan-alasan ini pula yang membuat mereka bertahan di badan jalan. Akhirnya lalulintas kendaraan bermotor menjadi macet. Kemacetannya parah sekali, seperti terjadi pada Senin (30/12/2024).

Manusia yang banyak, ditambah banyaknya kendaraan bermotor, dan pedagang yang mengisi badan-badan jalan, membuat jalur kian sempit. Apalagi tidak ada petugas, membuat kemacetan makin parah.

Sopir Angkot menuding, pedagang menjadi biangkerok kemacetan, karena masih berdagang di badan jalan. Mereka kesal tiap hari harus berhadapan dengan kemacetan parah.

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di badan jalan justru menuding Sopir Angkot biangkeroknya. Kata mereka, penyebab utamanya justru ulah sopir angkot yang sembarangan parkir untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Seorang pedagang berinisial KL mengungkapkan kekesalannya terhadap langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku dan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon yang dianggap tidak adil dalam menertibkan pedagang.

"Seharusnya pemerintah lebih bijak melihat situasi di pasar ini. Jangan hanya menuding kami pedagang sebagai penyebab kemacetan, padahal angkot yang parkir sembarangan itu yang bikin macet," ujarnya saat diwawancarai, Senin (30/12/2024).

KL berharap pemerintah tidak tebang pilih dalam menertibkan kawasan Pasar Mardika. Ia juga menyoroti masalah parkir liar yang turut menyumbang kemacetan.

"Kami pedagang ini juga butuh makan, bukan cuma sopir angkot saja. Kalau pedagang ditertibkan, angkot dan parkir liar juga harus diatur," tegasnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Maluku, Yahya Kotta, menyatakan bahwa kemacetan di Pasar Mardika disebabkan oleh banyak faktor.

"Di kawasan pasar itu ada banyak aktivitas, mulai dari pedagang, kantor bank, tukang ojek, hingga angkutan kota. Jadi, kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja," jelasnya.

Menurut Yahya, penertiban yang dilakukan Pemprov Maluku bertujuan untuk mengurangi masalah kemacetan, termasuk mengelola Terminal Tipe C di kawasan itu.

"Pada jam tertentu, seperti sore hari, mobil tidak bisa masuk terminal karena sudah penuh. Itu menjadi salah satu pemicu kemacetan," ungkapnya.

Ia juga menyoroti perilaku pedagang yang kembali berjualan di badan jalan setelah diberikan ruang di gedung baru Pasar Mardika.

"Pedagang ikan yang seharusnya berjualan di Pasar Arumbae juga memilih berjualan di badan jalan. Ini menjadi tantangan tersendiri," tambahnya.(jp)

  • Bagikan