Keluar ‘Sindir’ Widya Pratiwi, PDI-Perjuangan: Dia tak Punya Pengaruh

  • Bagikan
Widya Murad
Forum Perempuan Maluku untuk Demokrasi DPD PDI Perjuangan Provinsi Maluku menyampaikan keterangan pers, Senin (1/5) terkait kondisi internal dan menanggapi berbagai isu terkait kepindahan eks pengurus DPD PDIP Maluku, Widya Pratiwi ke PAN. (FOTO:ISTIMEWA/AMBON EKSPRES)

Ambon, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Hengkangnya Widya Pratiwi Murad ke PAN, tidak merugikan PDI-Perjuangan. Partai ini justru mengaku, Widya tidak memiliki pengaruh kuat di PDI-Perjuangan.

Ningsih Batjo, dari Forum Perempuan Maluku untuk Demokrasi, Ningsih Batjo menegaskan, Widya Pratiwi tidak memiliki pengaruh kuat di partai itu. Sehingga hengkangnya Widya tidak akan menggerus suara PDIP pada Pileg 2024 nanti.

"Secara politik, kita tidak rugi sama sekali. Karena ada maupun tidak ada beliau, kita optimis kursi kita di DPR RI tetap ada,"kata Ningsih saat menyampaikan keterangan pers di kantor DPD PDIP Maluku, Senin (1/5).

Ningsih didampingi politisi perempuan lainnya di DPD maupun forum tersebut, yakni Wakil Ketua Bidang Kebudayaan DPD PDI Perjuangan Provinsi, Debi Latuconsina, Wakil Ketua Bidang Ekonomi Kreatif Olivia Lasol, dan Wakil Ketua Bidang OKK, Nancy Purmiasa.

Ningsih yang juga Wakil Bendahara DPD PDIP Maluku itu mengatakan, pihaknya telah melakukan konsolidasi politik jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan tahapan pemilu, khusus pencalonan anggota legislatif. Selain itu, partai berlambang kepala banteng moncong putih ini juga memilki kepengurusan mulai dari provinsi sampai tingkat desa.

"Ini adalah alat untuk mengkonsolifasikan kemenangan kita di Pemilu 2024. Jadi ada maupun tidak ada beliau, tidak berpengaruh,”tegasnya.

Sikap Widya Tidak Elok

Sementara itu, Forum Perempuan Maluku untuk Demokrasi juga menilai, keluarnya Widya dari PDIP tidak memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat. Karena tidak melalui tradisi yang selama dilakukan di PDIP.

Wakil Ketua Bidang Kebudayaan DPD PDI Perjuangan Provinsi, Debi Latuconsina yang juga koordinator forum tersebut mengatakan, PDI Perjuangan adalah partai yang memiliki ideologi Pancasila dan punya aturan. Termasuk soal penentuan nomor urut caleg.

Namun, dalam rangka memenangkan PDIP pada Pemilu tahun depan, seharusnya seluruh instrumen partai termasuk para fokus melakukan konsolidasi atau tidak hanya bermanuver untuk memperoleh nomor urut.

Debi menegaskan, PDIP memberikan ruang sama bagi perempuan maupun laki-laki untuk berkompetisi secara sehat. Buktinya, ada Mercy Barends, anggota DPR RI PDIP, dan Bupati Buru Selatan, Safitri Malik Soulisa.

"Kita semua dikasih tanggung jawab dan wewenang, tapi kita tidak sibuk soal nomor urut. Kita menyiapkan hal-hal untuk siap bertarung karena PDI Perjuangan memberikan ruang tdak hanya bagi laki-laki, tapi juga perempuan. Jadi, bukan karena kepentingan tidak akomodir lalu kita main pindah partai,"katanya.

Menurut dia, beberapa pengurus perempuan PDIP Maluku yang sudah keluar dan pindah ke partai lain karena tidak memahami marwah partai.

"Beberapa perempuan PDI Perjuangan yang memilih keluar, itu berarti orang belum memahami marwah PDI Perjuangan,"pungkasnya.

Wakil Ketua Bidang Ekonomi Kreatif, Olivia Lasol menjelaskan, struktur PDI Perjuangan dari DPP, DPD, DPC, PAC dan Ranting, itu sangat sedikit. Namun, ditekankan harus ada minimal 30 persen perempuan.

"Perempuan-perempuan yang masuk pengurus memang benar-benar terseleksi. Namun ada yang memang karena ada kepentingan tertentu, akhirnya masuk. Tapi pada akhirnya keluar, karena tidak sesuai ideologi partai dan tidak mengerti aturan partai,"ungkapnya.

Soal nomor urut, dia menambahkan, ada Peraturan Partai PDI Perjuangan nomor 25 Tahun 2018. Dimana ada skoring yang menentukan seseorang bisa atau tidak menjadi caleg.

"Tidak bisa karena duka atau tidak suka atau keinginan politik tertentu. PDI Perjuangan sangat ketat soal ini. Jadi, kalau ada pembicaraan di media bahwa si A memihak si B dan seterusnya, itu keliru. Kami betul-betul menegakan aturan partai,"tegas Olivia.

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang OKK, Nancy Purmiasa mengatakan, berpindahnya Widya Pratiwi dari PDI Perjuangan ke PAN yang didukung oleh suaminya, Murad Ismail adalah tindakan yang agak melenceng. Karena itu menunjukan Murad tidak memahami aturan partai dan tidak mejaga roh dan garis perjuangan partai.

"Bagi kami, sepahit-hatinya kejadian ini, sebaiknya terjadi hari ini. Daripada sudah memasuki pertarungan, baru terjadi situasi chaos yang lebih luar biasa,"katanya.

Bagi dia, Widya memiliki politik sebagai seorang warga negara untuk berlabuh di PAN atau parpol. Namun, ketika sudah ber-PDI Perjuangan dengan aturan-aturan yang mengikat, maka menurut dia, itu bukan tindakan politik yang elok.

"Sebaiknya mundur secara baik-baik dan pindah dengan sejumlah alasan dan berpamitan dengan pengurus. Jadi, ada proses secara organisasi. Bukan dengan cara tidak elok seperti ini dan tidak mendidik,"tegasnya.

Diketahui, mantan pengurus DPD PDIP Maluku, Widya Pratiwi telah resmi pindah PAN. Widya juga masuk daftar calon anggota DPR RI Dapil Maluku lewat PAN. (TAB)

  • Bagikan