Pertalite dan Pertamax Langka, DPRD SBT Turun Tangan

  • Bagikan
wisata di SBT
DPRD SBT saat paripurna LKPJ Bupati SBT. (Foto: Jamal/ameks)

Bula, AMEKS.FAJAR.CO.ID - Masyarakat Seram Bagian Timur, mengeluh Bahan Bakar Minyak langka. Sudah begitu, harganya ikut dimainkan supaya lebih tinggi dari yang berlaku. DPRD langsung menyikapi masalah ini.

Rapat gabungan komisi kemudian digelar DPRD SBT. Rapat tersebut digelar pekan lalu di ruang sidang Paripurna setempat.

Kepada DPRD, warga mengaku sulit mendapatkan BBM jenis pertalite maupun pertamax. Pihak Agen Premium Minyak Solar(APMS) maupun pihak Depot Pertamina Bula ikut dipanggil untuk mendengarkan langsung apa yang menjadi kendala pendistribusian sehinga mengalami kelangkaan. 

Anggota komisi C DPRD SBT Husein Kelilauw dalam rapat itu mengungkapkan, salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di pulau Gorom sering mengalami kelangkaan.

Menurut dia, pengiriman BBM ke SPBU tersebut, tak sampai sehari, sudah terjual habis. Padahal masih banyak masyarakat yang ingin melakukan pengisian, akhirnya berujung dengan kekecewaan.

"Masyarakat datang mau beli itu sudah tidak ada lagi, karena mereka sud ah jual semua. Jadi inikan sudah berulang-ulang," ujarnya.

Anggota DPRD dari fraksi partai Golkar itu menilai, pihak SPBU di Gorom itu sudah tidak layak lagi, padahal selama ini DPRD bersma pihak terkait terus berbicara soal pengawasan akan tetapi masih sering terjadi. 

Ia menambahkan sebelum SPBU tersebut ada di Pulau Gorom, masyarakat tidak sering mengalami kelangkaan BBM seperti ini. Kelilauw mencurigai adanya oknum-oknum nakal yang mencoba mengambil keuntungan. 

" Itu ada yang menjual dengan harga yang tinggi ada yang 15 perliter juga 20 ribu perliter, bahkan di Kecamatan Teor harganya mencapai 25 ribu perliter," ungkapnya.

Sementara, Fildah perwakilan CV. Hemavari revic yang merupakan pengelola salah satu SPBU di Pulau Gorom membantah dengan adanya kelangkaan BBM tersebut. Dirinya menerangkan kapal milik CV Hemavari sendiri yang mengangkut BBM ke daerah itu. 

"Jadi kelangkaan BBM disana itu kayaknya tidak mungkin. Karena saya sendiri juga ikut pantau langsung dilapangan. Jadi kelngkaan di Pulau Gorom tidak mungkin terjadi, tidak mungkin pak saya jamin," ungkapnya. 

Selain itu,kepala Depot Pertamina Bula Muhammad Nur mengatakan, hal ini akan menjadi catatan buat kami untuk nanti ditindaklanjuti kembali. Ia mengaku apabila lembaga penyalur SPBU belum maksimal dalam hal pelayanan kepada masyarakat dirinya meminta maaf. 

"Saya berharap bahwa hasil dari rapat ini, itu bisa tertulis dan bisa saya ekskalasikan lebih tinggi lagu kepada pimpinan saya di Ambon," ujarnya.

Lanjutnya, ia menambahkan alokasi di tahun 2023 ini bukan dilihat perbulanya, namun pertahun. Jika dipertengahan semester adanya pengurungan alokasi pengiriman stock BBM, itu merupakan bentuk pengendalian dari Pertamina. Agar kuota tersebut bisa mencukupi hingga bulan Desember.

"Yang namanya awal itu seperti itu, karena mungkin habis Natal tahun baru kita lepas dulu berapa banyak. Karena kalau sampai nanti over, yaitu kita kembali lagi ke Pemda dan BPH Migas apakah mereka sudah menghitung dengan masyrakat pelosok sana itu yang kita tidak tau," jelasnya.

Dirinya berujar, Pertamina hanya sebagai badan usaha yang hanya menyalurkan sesuai kuota yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelolaan Hulu Minyak dan Gas( BPH Migas). (JU).

  • Bagikan